PROSEDUR PENYUSUNAN DATA STUDI
KASUS
Suatu
studi kasus tentang seorang anak, biasanya langkah pertama; mengumpulkan data dari
catatan–catatan sekolah, semua informasi yang berkaitan dengan murid tersebut.
Jika tujuan dari studi ialah untuk menemukan sebab–sebab dari, dan mengamati
kesukaran–kesukaran, misalnya tidak mampu menghadapi situasi–situasi yang
dihadapi. Berarti catatan itulah yang dapat memberikan sumbangan pada suatu
pengertian kesukaran, dan untuk mendapat gambaran yang lengkap dengan latar
belakang pribadinya secara utuh.
Jika
studi dibuat tidak untuk tujuan meringankan kesulitan tertentu, tetapi tujunnya
dibuat untuk tercapainya suatu pengertian yg menyeluruh baik tentang murid,
sehingga ia dapat dibantu untuk dapat mengadakan penyesuaian apa saja yang
diperlukan tiap item informasi mungkin penting, dan keseluruhan catatan tentang
siswa hendaknya diselidiki dengan teliti. Di sekolah pemeliharaan daftar
pribadi, misalnya: data tentang sejarah social, bakat, prestasi, dan
kepribadian (kartu pribadi). Peneliti kasus memandang perlu untuk mengadakan
interviu kepada mereka yang mempunyai kontak dengan siswa termasuk guru kelas
/wali kelas, guru olah raga, guru mata pelajaran bila mungkin orang tua siswa.
Bila
selesai interviu dibuat catatan, masing–masing dari mereka yang mempunyai
kontak dengan siswa diminta menuliskan pernyataan singkat tentang kecakapan
siswa, pertumbuhan dan kepribadiannya.
Langkah
berikutnya, menginterviu siswa sendiri dan mungkin memberinya tambahan tes.
Catatan sekolah kadang–kadang memberikan data tes yang diperlukan, tetapi jika
kasus mengenai salah satu kesulitan belajar dalam satu mata pelajaran tertentu
adalah tidak mungkin bahwa survey skor test dalam catatan sekolah akan
melengkapi/berfungsi sebagai dasar yang cocok untuk mendiagnosis.
Garis besar untuk studi kasus
a.
Garis
Besar Studi Kasus DEMMING
Deskripsi
kasus: alamat, penampilan, umur, sekolah, kelas, nama, orang tua/wali, lama
observasi, sumber–sumber informasi, definisi dari problem, latar belakang
keluarga dan sejarah.
1)
Ciri–ciri dan sejarah keluarga yang
terdiri dari jumlah anggota keluarga, daftar nama keluarga dan orang/anggota lain
yang tinggal di rumah, umur dari masing–masing anggota keluarga, kesehatan dari
masing – masing anggota keluarga hambatan/kelainan fisik dari anggota keluarga.
2)
Latar belakang pendidikan yaitu lama pendidikan
dari orang tua dan anggota keluarga, pekerjaan orang tua sekarang, kecakapan khusus
dan kelemahan khusus, perkiraan sikap orang tua terhadap anak–anak, antara satu
dengan yang lain, terhadap sekolah dan terhadap penginterviu, minat dan hoby anggota keluarga, cita–cita anggota
keluarga, status sosial, hubungan dan kegiatan–kegiatan yang terdiri dari
penyesuaian emosi dari anggota keluarga.
3)
Lingkungan fisik, sosioekonomis dan
lingkungan kebudayaan yaitu gambaran/deskripsi tentang masyarakat tempat
tinggal anak sekarang. gambaran tentang masyarakat tempat tinggalnya sebelumnya,
deskripsi tentang tetangga dan rumah–rumah dimana anak tinggal sekarang,
deskripsi tentang latar belakang sosioekonomis dan pendidikan tetangga,
deskripsi tentang status ekonomi keluarga, perkembangan fisik dan sejarah medis
/pengobatan.
4)
Perkembangan awal yaitu: sejarah
kelahiran, masa kanak–kanak (pola–pola awal perkembangan), perkembangan dlm
bidang pembuangan air besar/kecil, perkembangan daya gerak dari satu tempat
ketempat lain, perkembangan bahasa dan aspek – aspek perkembangan awal lainnya.
5)
Catatan kesehatan
6)
Kondisi fisik
7)
Penyakit yang ada sekarang, seperti
diet, tinggi dan berat, konsep orang tua tentang kondisi fisik anak sekarang
dan pengamatan umum tentang kondisi fisik anak
8)
Perkembangan intelektual yaitu sejarah prasekolah
(paut,TK), kelas, bukti–bukti tentang perkembangan intelektual.
9)
Perkembangan sosial dan status sosial
sekarang yakni perkembangan sosial pada masa awal, hubungan sosial dengan teman
sebaya (kedudukan dalam kelompok teman sebaya yang bermacam–macam), hubungan sosial
dengan orang dewasa, penerimaan kode sosial dan kode moral, mempelajari peranan
sesuai dengan jenis kelaminnya, Sopan santun dan skill sosial yang berhubungan, ciri–ciri kepemimpinan, keturunan/nenek
moyang, tingkah laku yang kooperatif.
10)
Karakteristik dan kepribadian yakni:
konsep diri, ego ideal, kebutuhan-kebutuhan, tekanan-tekanan, konflik pokok,
minat, ketidak tergantungan, rasa ingin tahu, pendirian, nilai–nilai hidup dan perasaan.
11)
Penafsiran, interpretasi dan rekomendasi.
Interpretasi tentang semua bahan sejarah kasus untuk memberikan kesimpulan sebagai
kekuatan penentu yang mengarah kepada pola penyesuaian sekarang. Sehingga dapat
diberikan sebuah rekomendasi yang berupa pernyataan tentang hipotesa–hipotesa tentang
kemungkinan langkah–langkah remedial/penyembuhan yang mungkin efektif dalam
memperbaiki penyesuaian yang lebih sehat
b.
Garis
Besar Studi Kasus dari Hendry . C Morison
Adapun
gariis besar studi kasus dari Hendry. C. Morison adalah sebagai berikut:
1)
Informasi mengenai gejala. Langkah pertama
ialah selalu mencari fakta–fakta yg menunjukkan bahwa anak adalah merupakan
kasus; bukan sejarahnya tetapi gejala–gejalanya yang telah dicatat. Hal ini
meliputi menemukan umur kronologisnya, nilai/angka yang dicapai berbagai mata
pelajaran, misalnya tingkah laku yang keliru/ tidak baik, keterlambatan dan
ketidak hadiran/bolos sekolah.Semua pernyataan harus benar –benar jelas / ada
bukti. Semua itu harus diambil dari catatan sekolah jika mungkin dan hanya
informasi dari tangan pertama yang diambil/diterima. Bila data masuk, semua
hendaknya disusun dan dibuat ringkasannya
2)
Penelitian. Dengan gejala–gejala yang
nampak, data/informasi yang lebih tepat tentang kasus diperoleh dengan
bermacam–macam tes dan penelitian. Tentu saja ini semua dipilih sesuai
kebutuhan–kebutuhan dari kasus tersebut, diantaranya :
a)
Psycophysical seperti penglihatan normal,
pendengaran normal, koordinasi dengan melakukan observasi yang teliti,
berbicara normal.
b)
Kesehatan yaitu: index vital (Perbandingan
tinggi–berat), nutrisi, gigi, dan kondisi fisik secara umum.
c)
Pendidikan. Bermacam–macam tes standard
sesuai dengan tingkatan murid. Ini untuk dipakai dalam menemukan kelemahan
pokok pada latihan sebelumnya dan untuk mengecek hasil yg telah dicapai.
d)
Mentalitas. Tes inteligensi umum,
sebaiknya diberikan bermacam–macam jenis untuk menghindari hasil yang tidak
tepat.
3)
Sejarah Kesehatan dan Fisik. Informasi yang
teliti hendaknya diperoleh tidak hanya penyakit yang serius, tetapi termasuk
penyakit kronis dan operasi. Jika mungkin, suatu catatan pertumbuhan yang
lengkap tentang tinggi dan berat,pertumbuhan fisik hendaknya dicari dan dicatat.
4)
Sejarah Sekolah seperti kenaikan, jenis pekerjaan
yang dilakukan, perpindahan tempat , rumah dan sekolah, kualitas sekolah yang
dimasuki, hubungan dengan guru-guru.
5)
Sejarah Keluarga. nenek moyang, orang
tua, kakak laki–laki dan perempuan, kebangsaan, sejarah mental dan kriminal dan
sebagainya, status ekonomi dan keuangan keluarga sebelumnya dan saat sekarang,
sumber-sumber kebudayaan keluarga pendidikan orang tua,buku – buku, musik dan
suasananya kebudayaan keluarga, hubungan dengan keluarga orang tua dan kakak
laki – laki dan perempuan, sikap orang tua terhadap masyarakat, penyesuaian
orang tua terhadap standardIndonesia.
6)
Sejarah dan kontak–kontak sosial yaitu
latar belakang sosial murid diluar sekolah dan di rumah, tempat ibadah,
perkumpulan–perkumpulan, camping, sejarah seks yang abnormal, catatan pengadilan
hukuman.
7)
Diagnosa. Ini hipotesa tentang
sebab–sebab/penjelasan tentang gejala–gejala atau problem dan hasil dari analisa yang teliti dari semua data yang
telah diperoleh. Tidak perlu ditunda sampai semua bukti–bukti masuk, karena
terkaan/hipotesa sebenarnya sedang dibuat dan terus berlangsung/diikuti pada
banyak strage/fase/tingkatan, tetapi diangnosa akhir tidak dibuat sampai bukti–bukti
masuk. Jadi pernyataan yang lebih baik ialah bahwa tiap terkaan
disimpulkan/diikuti sampai petugas benar–benar yakin dari bukti–bukti bahwa hal itu benar.
8)
Treatment. Berdasarkan
diagnosa keluar treatment tertentu
dan sistematis. Sering terjadi bahwa treatment
menunjukkan bahwa diagnosa tidak benar. Dalam hal ini, kita harus kembali
mengadakan penelitian lebih lanjut lagi. Artinya treatment dapat dianggap sabagai suatu langkah dalam membuktikan
hipotesa yang lain, treatment itu
sendiri merupakan terkaan/ suatu hipotesa sebagai salah satu kemungkinan remidi
dimana hipotesa itu sendiri memerlukan pembuktian dengan langkah terakhir.
9)
Follow
upsangat
penting untuk mengetahui hasil dari treatment
untuk mengecek ketepatan diagnosa, dan jika diperlukan untuk mengubah treatment. Juga dapat membantu dalam
kasus–kasus selanjutnya yang mungkin mempunyai sifat yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar