ANALISA DATA KASUS
Menganalisis
data studi kasus adalah suatu hal yang sulit karena strategi dan tekniknya
belum teridentifikasikan secara baik. Tetapi setiap penelitian hendaknya
dimulai dengan strategi analisis yang umum yang mengandung prioritas tentang
apa yang akan dianalisis dan mengapa. Untuk studi kasus seperti halnya etnografi
analisisnya terdiri dari deskripsi terinci tentang kasus beserta settingnya.
Apabila suatu kasus menampilkan kronologis suatu peristiwa maka menganalisisnya
memerlukan banyak sumber data untuk menentukan bukti pada setiap fase dalam
evolusi kasusnya. Terlebih lagi untuk setting kasus yang unik, kita hendaknya
menganalisa informasi untuk menentukan bagaimana peristiwa itu terjadi sesuai
dengan settingnya.
Terdapat
empat bentuk analisis data beserta interpretasinya dalam penelitian studi
kasus, yaitu: (1) pengumpulan kategori, peneliti mencari suatu kumpulan dari
contoh-contoh data serta berharap menemukan makna yang relevan dengan isu yang
akan muncul; (2) interpretasi langsung, peneliti studi kasus melihat pada satu
contoh serta menarik makna darinya tanpa mencari banyak contoh. Hal ini
merupakan suatu proses dalam menarik data secara terpisah dan menempatkannya
kembali secara bersama-sama agar lebih bermakna; (3) peneliti membentuk pola
dan mencari kesepadanan antara dua atau lebih kategori. Kesepadanan ini dapat
dilaksanakan melalui tabel yang menunjukkan hubungan antara dua kategori;
(4) pada akhirnya, peneliti mengembangkan generalisasi naturalistik melalui
analisa data, generalisasi ini diambil melalui orang-orang yang dapat belajar
dari suatu kasus, apakah kasus mereka sendiri atau menerapkannya pada sebuah
populasi kasus. Deskripsi kasus sebagai sebuah pandangan yang terinci tentang
kasus.
Persiapan
terbaik untuk melakukan analisis studi kasus adalah memiliki suatu strategi
analisis. Tanpa strategi yang baik, analisis studi kasus akan berlangsung sulit
karena peneliti bermain dengan data yang banyak dan alat pengumpul data yang
banyak pula.
Terdapat
enam tipe sumber informasi seperti yang telah dikemukakan pada bagian
pengumpulan data. Tipe analisis dari data ini dapat berupa analisis holistik,
yaitu analisis keseluruhan kasus atau berupa analisis terjalin, yaitu suatu
analisis untuk kasus yang spesifik, unik atau ekstrim. Terdapat tiga teknik
analisis untuk studi kasus, yaitu (1) penjodohan pola, yaitu dengan menggunakan
logika penjodohan pola. Logika seperti ini membandingkan pola yang didasarkan
atas data empirik dengan pola yang diprediksikan (atau dengan beberapa prediksi
alternatif). Jika kedua pola ini ada persamaan, hasilnya dapat menguatkan
validitas internal studi kasus yang bersangkutan; (2) pembuatan eksplanasi,
yang bertujuan untuk menganalisis data studi kasus dengan cara membuat suatu
eksplanasi tentang kasus yang bersangkutan dan (3) analisis deret waktu, yang
banyak dipergunakan untuk studi kasus yang menggunakan pendekatan eksperimen
dan kuasi eksperimen.
1.
Penjodohan
Pola
Membandingkan pola yang didasarkan atas
empiri dengan pola yang diprediksikan (prediksi alternatif). Jika kedua pola
ini ada persamaan, maka menguatkan validitas internal studi kasus. Jika studi
kasus eksploratoris, polanya berhubungan dengan variabel dependen/independen
dari penelitian. Jika studi kasus deskriptif, maka penjodohan pola akan relevan
dengan pola variabel–variabel spesifik yang diprediksi dan ditentukan sebelum
pengumpulan data.
a.
Variabel-variabel non-equivalen sebagai
pola. Desain Variabel Nonequivalen yang Dependen : Pola variabel dependen yang
berasal dari salah satu desain penelitian kausal eksperimen potensial. Artinya
eksperimen atau kuasi eksperimen bisa mempunyai banyak variabel dependen
(keanekaragaman hasil).
b.
Eksplanasi tandingan sebagai pola. Terakulasi
pada istilah operasional. Karakteristiknya : masing-masing mencakup pola
variabel independen yang terungkap (contoh: jika eksplanasi valid, maka yang
lain tidak valid). Kehadiran Variabel independen tertentu mengeluarkan
kehadiran variabel independen yang lain. Dapat digunakan untuk kasus tunggal
dan multikasus.
c.
Pola-pola yang lebih sederhana. Mempunyai
jenis minimal dari variabel-variabel dependen atau independen. Kasus yang
sederhana, ada dua variabel dependen yang berbeda, penjodohan pola dimungkinkan
dengan pola yang berbeda untuk kedua variabel yang telah ditetapkan.
Ketepatan penjodohan pola adalah
prediksi pola variabel dependen yang nonequivalen, pola yang didasarkan atas
penjelasan tandingan (pola sederhana), serta perbandingan antara pola yang
diprediksi dan pola aktual bisa tak mencakup kriteria kuantitatif/statistik.
2.
Pembuatan
Eksplanasi
Tujuannya untuk menganalisis data studi
kasus dengan membuat eksplanasi tentang karya
tersebut. Menunjukkan bagaimana eksplanasi tidak dapat dibangun
hanya atas serangkaian peristiwa aktual studi kasus.
a.
Unsur-unsur eksplanasi. Pembuatan
eksplanasi dalam bentuk narasi, karena tidak bisa persis. Studi kasus yang baik
adalah eksplanasinya mencerminkan proposisi yang signifikan secara teoritis.
b.
Hakikat perulangan dalam pembuatan
eksplanasi seperti: 1) membuat pernyataan teoritis/proposisi awal tentang
kebijakan/perilaku sosial. 2) Membandingkan temuan kasus awal dengan
pernyataan/proposisi. 3) Memperbaiki pernyataan/proposisi. 4) Membandingkan
perbaikan dengan fakta-fakta yang ada. 5) Mengulangi proses sebanyak mungkin
jika perlukan
c.
Persoalan-persoalan potensial dalam
pengembangan eksplanasi. Acuan diletakkan pada tujuan asal inkuiri dan
eksplanasi alternatif bisa mengurangi persoalan potensial. Pengamanannya yaitu
: Penggunaan berkas studi kasus , penetapan data dasar untuk setiap kasus,
serta rangkaian bukti selanjutnya.
3.
Analisis
Deret Waktu
Makin
rumit dan tepat pola, makin tertumpu analisis deret waktu pada landasan yang
kokoh bagi penarikan konklusi studi kasus.
a.
Deret waktu sederhana. Dalam deret waktu
hanya ada variabel dependen atau independen saja. Logika esensial yang
mendasari desain deret waktu adalah pasangan antara kecenderungan butir-butir
data dalam perbandingannya dengan: kecenderungan signifikan teoritis yang
ditentukan sebelum permulaan penelitian, kecenderungan tandingan yang
ditetapkan sebelumnya, kecenderungan atas dasar perangkat / ancaman terhadap
validitas internal.
b.
Deret waktu yang kompleks. Disebabkan
jika kecenderungan kasus dipostulasikan lebih kompleks. Deret waktu yang lebih
kompleks melahirkan persoalan yang lebih besar bagi pengumpulan data, sehingga
mengarah pada kecenderungan lebih elaboratif yang membuat analisis lebih
mantap. Pola deret waktu yang diprediksi dan aktual, jika keduanya sama-sama
kompleks, akan menghasilkan bukti yang kuat untuk proposisi teoritis awal.
c.
Kronologis. Bisa dipandang sebagai
bentuk khusus dari analisis deret waktu, berfokus langsung pada kekuatan utama
studi kasus yang telah diketengahkan sebelumnya (studi kasus memungkinkan peneliti
melacak peristiwa lebih dari waktu biasa). Kronologi mencakup beberapa tipe
variabel dan tak terbatas pada variabel tunggal/ganda saja. Jenis keadaan
tertentu dalam teori eksplanatoris : peristiwa terjadi sebelum peristiwa lain
(urutan kebalikannya tidak terjadi), kejadian harus diikuti oleh kejadian yang
lain atas dasar kontingensi, peristiwa hanya bisa mengikuti peristiwa lain
setelah lintasan waktu diprediksi, periode waktu tertentu ditandai oleh
kelompok kejadian berbeda secara substansial dari kejadian periode waktu
lainnya.
d.
Kondisi-kondisi untuk analisis deret
waktu. Jika penggunaan analisis deret waktu relevan dengan studi kasus, bentuk
yang esensial adalah identifikasi indikator spesifik yang perlu dilacak, juga
interval waktunya. Sehingga data yang relevan dikumpulkan terlebih dahulu dan
dianalisis secara tepat.
Selain ketiga teknik analisis untuk studi
kasus di atas, yang dikategorikan sebagai bentuk analisis yang dominan.
Terdapat tiga bentuk analisis yang kurang dominan, yakni:
1.
Menganalisis Unit-unit Terjalin
Yaitu unit yang kurang dominan dari pada
kasusnya sendiri, banyak butir data telah terkumpul, pendekatan-pendekatan
analisis yang relevan mencakup hampir setiap teknik dalam ilmu sosial. Contoh :
Respons terhadap suatu survey. Dalam studi kasus, analisis unit terjalin
dilakukan di dalam masing-masing kasus.
2.
Membuat Observasi Berulang
Adalah bentuk analisis yang kurang
diminati, dilakukan secara lembur (disebut tipe analisis deret waktu khusus).
Tetapi hanya bisa dilakukan atas basis lintas-bidang. Sehingga dipandang
sebagai pendekatan analisis yang terlepas dari analisis deret waktu.
3.
Mengerjakan Survei Kasus: Analisis
Sekunder Lintas Kasus
Ada dua pendekatan yaitu : pertama,
survey kasus merupakan pendekatan analisis lintas kasus dan tidak sama dengan
analisis kuantitatif Kedua, dalam teknik analisis lintas kasus survey mempunyai
keterbatasan ketat dalam kaintannya dengan analisis multi kasus. Survey kasus
akan memperoleh generalisasi teoritis atau statistik. Survey kasus merupakan
teknik relevan untuk tujuan penelitian eksplisit (analisis sekunder). Teknik
survey kasus dapat meminimalkan bias-bias dan merupakan teknik yang diinginkan
jika diaplikasikan (tapi tidak dipandang sebagai analisis dominan).
Dalam
studi kasus melibatkan pengumpulan data yang banyak karena peneliti mencoba
untuk membangun gambaran yang mendalam dari suatu kasus. Untuk diperlukan suatu
analisis yang baik agar dapat menyusun suatu deskripsi yang terinci dari kasus
yang muncul. Seperti misalnya analisis tema atau isu, yakni analisis suatu
konteks kasus atau setting dimana kasus tersebut dapat menggambarkan dirinya
sendiri. Peneliti mencoba untuk menggambarkan studi ini melalui teknik
seperti sebuah kronologi peristiwa-peristiwa utama yang kemudian diikuti oleh suatu
perspektif yang terinci tentang beberapa peristiwa. Ketika banyak kasus yang
akan dipilih, peneliti sebaiknya menggunakan analisis dalam-kasus yang kemudian
diikuti oleh sebuah analisis tematis di sepanjang kasus tersebut yang acapkali
disebut analisis silang kasus untuk menginterpretasi makna dalam kasus.
Cara
Mengakhiri Pengumpulan Data dalam Studi Kasus
Batas
akhir penelitian dalam studi kasus tidak dapat ditentukan sebelumnya seperti
dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian sendiri. Akhir
masa penelitian terkait dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan data yang
diteliti. Peneliti pengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua
informasi yang dibutuhkan atau sudah tidak ditemukan lagi data baru.
Setelah
mengakhiri pengumpulan data selanjutnya peneliti melakukan melakukan analisis
dan penyimpulan dari hasil penelitian yang digunakan untuk mengecek kembali
kepada konsep atau teori yang telah dibangun pada tahap pertama penelitian.
Analisis dan penyimpulan dapat dilakukan pula dengan dengan mengkaji
saling-silangkan hasil-hasil penelitian dari setiap kasus. Hasil analisis dan
penyimpulan di gunakan untuk menetapkan atau memperbaiki konsep atau teori yang
telah dibangun pada awal tahapan penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar