Sabtu, 30 Januari 2016

prasangka sosial

PRASANGKA
1.             Prasangka
Dalam masyarakat terdapat bermacam-macam kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam masyarakat didapati adanya kelompok yang berselisih dengan kelompok yang lain dan terjadi adanya antagonistik. Berkaitan dengan antagonistik terdapat beberapa elemen yang mendasarinya, yaitu stereotip, prasangka dan diskriminasi.
Stereotip merupakan suatu kepercayaan terhadap sifat-sifat dari suatu kelompok, seperti kepercayaan bahwa suatu bangsa mempunyai sifat pekerja keras dan bangsa yang lainnya pemalas dan sebagainya. Stereotip telah melekat pada suatu kelompok terhadap kelompok lain, atau seorang individu terhadap kelompok luar (out group).
Prasangka merupakan evaluasi kelompok atau seseorang yang mendasarkan diri pada keanggotaan di mana seseorang menjadi anggotanya. Prasangka merupakan evaluasi negatif terhadap out group.  Sedangkan diskriminasi merupakan keadaan  yang telah berkaitan dengan keadaan yang nyata. Misalnya seseorang yang buta warna tidak boleh masuk di Fakultas Teknologi Pertanian, seorang gay tidak boleh menjadi tentara. Jadi diskriminasi telah terkait dengan keadaan senyatanya. Hal-hal tesebut dapat menimbulkan keadaan yang antagonistik antar kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Sebab Timbulnya Prasangka
Prasangka timbul dari  adanya norma sosial pada kebanyakan anak-anak di USA. Prasangka terhadap anak Negro sudah terlihat pada tahun-tahun pra sekolah. Anak menyadari ia termasuk di dalam kelompoknya yaitu keluarga dan meluas pada bangsanya. Keluarga tempat ia tinggal melarang anaknya untuk bergabung dengan orang Negro karena menurut pendapatnya kotor, bodoh dan sebagainya. larangan yang bersifat terus-menerus akhirnya berubah menjadi norma pada anak dan norma inilah yang dipakai untuk menilai orang lain. Dengan demikian pada diri anak sudah terbentuk prasangka terhadap orang Negro meskipun kadang belum bergaul atau berjumpa sekalipun. Pada umumnya prasangka bersifat negatif dan yang menjadi korban adalah individu atau kelompok yang dikenai prasangka.
Seseorang tidak secara otomatis berprasangka terhadap orang lain. Tetapi ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan prasangka. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya prasangka, yaitu:
a.              Orang berprasangka dalam mencari kambing hitam. Dalam berusaha seseorang sering mengalami kegagalan atau kelemahan, sebab dari kelemahan itu tidak dicari dari dirinya sendiri tetapi dari orang lain. Orang lainlah yang dijadikan kambing hitam sebagai sebab kegagalan. 
b.             Orang berprasangka karena sudah dipersiapkan lingkungan atau kelompoknya untuk berprasangka
c.              Prasangka timbul karena adanya perbedaan, dimana perbedaan itu menimbulkan superior. Perbedaan ini meliputi perbedaan fisik/biologis, ras, lingkungan/geografis, kekayaan, status sosial, kepercayaan/agama, dan perbedaan norma sosial.
d.             Prasangka timbul karena yang menyakitkan atau pengalaman yang tidak menyenangkan.
e.              Prasangka timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi pendapat umum atau kebiasaan dalam lingkungan tertentu.
Terbentuknya Jarak Sosial (social distance)
Prasangka sosial merupakan gejala psikologi sosial. Prasangka sosial atau juga prasangka kelompok yaitu prasangka yang diperlihatkan anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain termasuk para anggotanya. Prasangka merupakan sikap tidak simpatik terhadap kelompok luar (out group). Hal ini ditunjukkan dalam jarak sosial (social distance) yang merupakan suatu posisi yang diberikan oleh para anggota kelompok yang berprasangka kepada kelompok lain. Semakin kedua kelompok bertentangan maka akan semakin jauh jarak sosial antara keduanya. Apabila situasi seperti ini berlangsung cukup lama, jarak sosial ini akan menjadi norma di dalam kelompok. jarak sosial yang sudah menjadi norma di dalam kelompok  akan dapat menimbulkan suatu kejadian bahwa orang berprasangka tanpa bergaul terlebih dahulu dengan kelompok atau dengan orang yang dikenai prasangka.

2.             Teori Motivasional (decision making theory)
Teori ini memandang prasangka sebagai sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan individu atau kelompok untuk mencapai kesejahteraan (satisfy). Dalam teori ini beberapa teori tercakup di dalamnya, yaitu a) pendekatan psikodinamika, b) realistic group conflict, c) deprivasi relatif (relative deprivation).
a.              Pendekatan psikodinamika
Teori ini menganalisis prasangka sebagai suatu usaha untuk mengatasi tekanan motivasi yang ada dalam diri individu, dan melihat dari dinamika yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (specific individual personality). Misalnya dalam displaced agression. Agresi merupaka manifestasi dari frustrasi. Displacement terjadi apabila sumber frustrasi tidak dapat diserang karena takut atau tidak terdapat dengan jelas.
Di sisi lain dapat pula disebabkan karena penyimpangan kepribadian (personality disorder). Prasangka timbul dari orang yang mempunyai pribadi autoriter (autoritarian personality). Hal ini menimbulkan syndrom kekuasaan, melebih-lebihkan kekuasaan, menimbulkan permusuhan yang mengakibatkan timbulnya prasangka.
b.             Realistic group conflict
Konflik yang terjadi antar kelompok akan terjadi apabila kelompok-kelompok tersebut dalam keadaan berkompetisi. Ini menyebabkan adanya permusuhan antara kedua kelompok tersebut yang kemudian bermuara pada adanya saling berprasangka satu dengan yang lain, saling memberikan evaluasi yang negatif. Dengan demikian maka prasangka tidak dapat dihindarkan sebagai akibat dari adanya konflik yang nyata antar kelompok.
c.              Deprivasi relatif (relative deprivation)
Dalam konflik antar kelompok yang nyata, prasangka timbul sebagai respons terhadap frustrasi dalam kehidupan antar kelompok. Tetapi kadang orang mempersepsi diri sendiri mengalami deprivasi atau kerugian secara relatif terhadap pihak lain, walaupun kenyataannya tidak demikian. Persepsi dapat membawa permusuhan antar kelompok, dan akibatnya menjadi prasangka.
Dalam deprivasi relatif ini ada dua jenis, yaitu egoistic deprivation dan fratrenal deprivation. Egoistic deprivationadalah seseorang merasa mengalami deprivasi relatif terhadap pihak lain, sedangkan fratrenal deprivationadalah bahwa kelompok mengalami deprivasi (tetapi relatif) terhadap kelompok lain. Ini dapat menimbulkan prasangka ingroup terhadap outgroup. Fratrenal deprivation lebih kuat dampaknya daripada egoistic deprivation karena dampaknya akan lebih luas, dapat menimbulkan antagonisme atau juga dapat menimbulkan protes sosial.
3.             Teori Kognitif 
Dalam teori kognitif, proses kognitif menjadi dasar dari timbulnya prasangka. Hal ini berkaitan dengan a) kategorisasi, dan b) ingroups dan outgroups.

a.              Kategorisasi
Hal ini apabila seseorang mempersepsi orang lain atau apabila suatu kelompok mempersepsi kelompok lain, dan memasukkan apa yang dipersepsi ke dalam suatu kategori tertentu. Proses kategorisasi ini mempunyai dampak yang luas, misalnya kulit putih dengan kulit hitam. Ini berarti bahwa adanya kategorisasi dapat menimbulkan prasangka antar pihak satu dengan yang pihak lain atau antar kelompok.
b.             Ingroup dan outgroup
Kategorisasi dapat menuju ke ingroup dan outgroup apabila adanya kategorisasi kita (us) dan mereka (them), dan ini yang menimbulkan ingroup dan outgroup. Seseorang dalam suatu kelompok merasa dirinya sebagai ingroup dan orang lain dalam kelompok lain sebagai outgroup. Dalam ingroup ada beberapa dampak yang timbul, yaitu:
1)             Anggota ingroup mempersepsi anggota ingroup yang lain lebih mempunyai kesamaan apabila dibandingkan dengan anggota outgroup. Ini yang sering disebut sebagai similarity effect. Jadi adanya asumsi bahwa keadaan ingroup mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan outgroup.
2)             Kategorisasi ingroup dan outgroup mempunyai dampak bahwa ingroup lebih favorit daripada outgroup. Ini yang sering disebut sebagai ingroup favoritism effect.


3)             Bahwa seseorang dalam ingroup memandang outgroup lebih homogen daripada ingroup baik dalam hal kepribadian maupun dalam hal-hal yang lain. Hal-hal tersebut di atas dapat menimbulkan prasangka satu dengan yang lain. Tidak jarang terjadi adanya prasangka antara satu kelompok dengan kelompok lain yang dapat dilihat dalam keadaan sehari-hari. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar