PRASANGKA
1.
Prasangka
Dalam
masyarakat terdapat bermacam-macam kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa dalam masyarakat didapati adanya kelompok yang berselisih dengan kelompok
yang lain dan terjadi adanya antagonistik. Berkaitan dengan antagonistik
terdapat beberapa elemen yang mendasarinya, yaitu stereotip, prasangka dan
diskriminasi.
Stereotip
merupakan suatu kepercayaan terhadap sifat-sifat dari suatu kelompok, seperti
kepercayaan bahwa suatu bangsa mempunyai sifat pekerja keras dan bangsa yang
lainnya pemalas dan sebagainya. Stereotip telah melekat pada suatu kelompok
terhadap kelompok lain, atau seorang individu terhadap kelompok luar (out group).
Prasangka
merupakan evaluasi kelompok atau seseorang yang mendasarkan diri pada
keanggotaan di mana seseorang menjadi anggotanya. Prasangka merupakan evaluasi
negatif terhadap out group. Sedangkan diskriminasi merupakan keadaan yang telah berkaitan dengan keadaan yang
nyata. Misalnya seseorang yang buta warna tidak boleh masuk di Fakultas
Teknologi Pertanian, seorang gay tidak boleh menjadi tentara. Jadi diskriminasi
telah terkait dengan keadaan senyatanya. Hal-hal tesebut dapat menimbulkan
keadaan yang antagonistik antar kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Sebab Timbulnya Prasangka
Prasangka
timbul dari adanya norma sosial pada
kebanyakan anak-anak di USA. Prasangka terhadap anak Negro sudah terlihat pada
tahun-tahun pra sekolah. Anak menyadari ia termasuk di dalam kelompoknya yaitu
keluarga dan meluas pada bangsanya. Keluarga tempat ia tinggal melarang anaknya
untuk bergabung dengan orang Negro karena menurut pendapatnya kotor, bodoh dan
sebagainya. larangan yang bersifat terus-menerus akhirnya berubah menjadi norma
pada anak dan norma inilah yang dipakai untuk menilai orang lain. Dengan demikian
pada diri anak sudah terbentuk prasangka terhadap orang Negro meskipun kadang
belum bergaul atau berjumpa sekalipun. Pada umumnya prasangka bersifat negatif
dan yang menjadi korban adalah individu atau kelompok yang dikenai prasangka.
Seseorang
tidak secara otomatis berprasangka terhadap orang lain. Tetapi ada
faktor-faktor tertentu yang menyebabkan prasangka. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya prasangka, yaitu:
a.
Orang berprasangka dalam mencari kambing
hitam. Dalam berusaha seseorang sering mengalami kegagalan atau kelemahan,
sebab dari kelemahan itu tidak dicari dari dirinya sendiri tetapi dari orang
lain. Orang lainlah yang dijadikan kambing hitam sebagai sebab kegagalan.
b.
Orang berprasangka karena sudah
dipersiapkan lingkungan atau kelompoknya untuk berprasangka
c.
Prasangka timbul karena adanya
perbedaan, dimana perbedaan itu menimbulkan superior. Perbedaan ini meliputi
perbedaan fisik/biologis, ras, lingkungan/geografis, kekayaan, status sosial,
kepercayaan/agama, dan perbedaan norma sosial.
d.
Prasangka timbul karena yang menyakitkan
atau pengalaman yang tidak menyenangkan.
e.
Prasangka timbul karena adanya anggapan
yang sudah menjadi pendapat umum atau kebiasaan dalam lingkungan tertentu.
Terbentuknya Jarak Sosial (social distance)
Prasangka
sosial merupakan gejala psikologi sosial. Prasangka sosial atau juga prasangka
kelompok yaitu prasangka yang diperlihatkan anggota-anggota suatu kelompok
terhadap kelompok-kelompok lain termasuk para anggotanya. Prasangka merupakan
sikap tidak simpatik terhadap kelompok luar (out group). Hal ini ditunjukkan dalam jarak sosial (social distance) yang merupakan suatu
posisi yang diberikan oleh para anggota kelompok yang berprasangka kepada
kelompok lain. Semakin kedua kelompok bertentangan maka akan semakin jauh jarak
sosial antara keduanya. Apabila situasi seperti ini berlangsung cukup lama,
jarak sosial ini akan menjadi norma di dalam kelompok. jarak sosial yang sudah
menjadi norma di dalam kelompok akan
dapat menimbulkan suatu kejadian bahwa orang berprasangka tanpa bergaul
terlebih dahulu dengan kelompok atau dengan orang yang dikenai prasangka.
2.
Teori Motivasional (decision making theory)
Teori ini memandang
prasangka sebagai sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan individu atau kelompok
untuk mencapai kesejahteraan (satisfy). Dalam teori ini beberapa teori tercakup
di dalamnya, yaitu a) pendekatan psikodinamika, b) realistic group conflict, c) deprivasi relatif (relative deprivation).
a.
Pendekatan psikodinamika
Teori
ini menganalisis prasangka sebagai suatu usaha untuk mengatasi tekanan motivasi
yang ada dalam diri individu, dan melihat dari dinamika yang ada dalam diri
individu yang bersangkutan (specific
individual personality). Misalnya dalam displaced
agression. Agresi merupaka manifestasi dari frustrasi. Displacement terjadi apabila sumber frustrasi tidak dapat diserang
karena takut atau tidak terdapat dengan jelas.
Di
sisi lain dapat pula disebabkan karena penyimpangan kepribadian (personality disorder). Prasangka timbul
dari orang yang mempunyai pribadi autoriter (autoritarian personality). Hal ini menimbulkan syndrom kekuasaan,
melebih-lebihkan kekuasaan, menimbulkan permusuhan yang mengakibatkan timbulnya
prasangka.
b.
Realistic
group conflict
Konflik
yang terjadi antar kelompok akan terjadi apabila kelompok-kelompok tersebut
dalam keadaan berkompetisi. Ini menyebabkan adanya permusuhan antara kedua
kelompok tersebut yang kemudian bermuara pada adanya saling berprasangka satu
dengan yang lain, saling memberikan evaluasi yang negatif. Dengan demikian maka
prasangka tidak dapat dihindarkan sebagai akibat dari adanya konflik yang nyata
antar kelompok.
c.
Deprivasi relatif (relative deprivation)
Dalam
konflik antar kelompok yang nyata, prasangka timbul sebagai respons terhadap
frustrasi dalam kehidupan antar kelompok. Tetapi kadang orang mempersepsi diri
sendiri mengalami deprivasi atau kerugian secara relatif terhadap pihak lain,
walaupun kenyataannya tidak demikian. Persepsi dapat membawa permusuhan antar
kelompok, dan akibatnya menjadi prasangka.
Dalam
deprivasi relatif ini ada dua jenis, yaitu egoistic
deprivation dan fratrenal deprivation.
Egoistic deprivationadalah seseorang
merasa mengalami deprivasi relatif terhadap pihak lain, sedangkan fratrenal deprivationadalah bahwa
kelompok mengalami deprivasi (tetapi relatif) terhadap kelompok lain. Ini dapat
menimbulkan prasangka ingroup
terhadap outgroup. Fratrenal deprivation lebih kuat
dampaknya daripada egoistic deprivation
karena dampaknya akan lebih luas, dapat menimbulkan antagonisme atau juga dapat
menimbulkan protes sosial.
3.
Teori Kognitif
Dalam
teori kognitif, proses kognitif menjadi dasar dari timbulnya prasangka. Hal ini
berkaitan dengan a) kategorisasi, dan b) ingroups
dan outgroups.
a.
Kategorisasi
Hal
ini apabila seseorang mempersepsi orang lain atau apabila suatu kelompok
mempersepsi kelompok lain, dan memasukkan apa yang dipersepsi ke dalam suatu
kategori tertentu. Proses kategorisasi ini mempunyai dampak yang luas, misalnya
kulit putih dengan kulit hitam. Ini berarti bahwa adanya kategorisasi dapat
menimbulkan prasangka antar pihak satu dengan yang pihak lain atau antar
kelompok.
b.
Ingroup
dan outgroup
Kategorisasi
dapat menuju ke ingroup dan outgroup apabila adanya kategorisasi kita (us) dan mereka (them), dan ini yang menimbulkan ingroup
dan outgroup. Seseorang dalam suatu kelompok merasa dirinya sebagai ingroup
dan orang lain dalam kelompok lain sebagai outgroup. Dalam ingroup ada beberapa dampak yang timbul, yaitu:
1)
Anggota ingroup mempersepsi anggota ingroup yang lain lebih mempunyai
kesamaan apabila dibandingkan dengan anggota outgroup. Ini yang sering disebut sebagai similarity effect. Jadi adanya asumsi bahwa keadaan ingroup mempunyai sifat-sifat yang
berbeda dengan outgroup.
2)
Kategorisasi ingroup dan outgroup
mempunyai dampak bahwa ingroup lebih favorit daripada outgroup. Ini yang sering disebut sebagai ingroup favoritism effect.
3)
Bahwa seseorang dalam ingroup memandang
outgroup lebih homogen daripada ingroup baik dalam hal kepribadian maupun dalam
hal-hal yang lain. Hal-hal tersebut di atas dapat menimbulkan prasangka satu
dengan yang lain. Tidak jarang terjadi adanya prasangka antara satu kelompok
dengan kelompok lain yang dapat dilihat dalam keadaan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar